3 Wadah Pendidikan Sarana Menyiapkan Bekal Generasi Penerus Untuk Menjadi Insan Kamil

Oleh yudza1
SHARE

Purwokerto (Humas) - Berakhirnya masa pendidikan madrasah, Kelompok Kerja Madrasah MTs (KKM) MTs menggelar Rapat Koordinasi dan Sosialisasi Penulisan Ijazah. Jumat, (14/6).

Kegiatan yang digelar di D'garden Resto ini dihadiri oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyumas Ibnu Asaddudin, Plh Kasi Penma Muhammad Wahyu Fauzi Aziz, serta Pengawas Madrasah.

Sudir Ketua KKM MTs dalam laporannya menyampaikan bahwa, "Peserta pelatihan penulisan ijazah ini diikuti oleh 65 Kepala Madrasah dan 65 penulis ijazah. Seiring berakhirnya tahun ajaran 2023/2024 dan kita semua telah melaksanakan assasment serta melaksanakan PAT bagi kelas VII dan kelas VIII. Tinggal nanti melaksanakan pembagian raport," ungkap Sudir.

Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyumas Ibnu Asaddudin dalam pembinaannya menyampaikan, "Secara psikologis, pendidikan merupakan energi yang sangat mendasar bagi setiap insan. Dengan adanya pendidikan, setiap insan itu akan dapat membawakan diri ke trayek-trayek yang konstruktif dan kontributif. Jalur penempaan energi esensial ini dapat dijalankan melalui tiga wadah. Adapun wadah yang pertama dan utama adalah rumah tangga di bawah asuhan orang tua. Kemudian, wadah yang kedua adalah lembaga pendidikan (sekolah) di bawah pimpinan pendidik dan tenaga kependidikan. Sementara wadah pendidikan yang ketiga adalah masyarakat, yang dikawal dan diayomi oleh setiap masyarakat lingkungannya."

"Melalui ketiga gerbang terapan ilmu pendidikan itu diharapkan setiap generasi akan menjadi insan kamil. Tentu, hal itu tidak hanya bagi dirinya tetapi juga bagi orang tua, agama, bangsa, dan negara. Guna memperoleh gelar pendidikan mendasar (insan kamil) ini harus dijalankan dengan berbagai proses. Pihak pengasuh pasti mempunyai metode dan strategi masing-masing di dalam menerapkan sikap, pengetahuan, serta keterampilan terhadap asuhannya itu."

"Demikian juga dengan anak asuh, mereka harus tetap mengikuti rambu-rambu pendidikan yang diterimanya sembari mengembangkan sayap prestasinya ke arah yang lebih potensial.Dengan begitu, kebermaknaan pendidikan akan dapat dirasakan oleh tiap persona yang menjalaninya."

"Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir ini, pendidikan formal sudah dijalankan mulai tingkat PAUD sampai dengan Perguruan Tinggi, baik Negeri maupun Swasta. Para tamatannya akan memperoleh sertifikasi atau ijazah sesuai dengan jenjangnya masing-masing. Dengan adanya lembar pengakuan akademik tersebut, setiap mereka akan dapat membawa diri ke hal-hal yang berguna bagi dirinya dan masyarakat. Lalu..., buat apa ijazah dan bahkan gelar yang yang telah disandangnya itu? Mungkinkah pekerjaan atau job yang menjanjikan akan segera didapatkannya? Untuk kedua hal ini mari kita teropong dengan saksama perkembangan demi perkembangan yang terungkap dalam masyarakat."

"Kiranya sudah menjadi rahasia umum bahwa dengan ijazah itu diinginkan akan mendapatkan pekerjaan yang layak, termasuk menjadi pegawai negeri sipil atau ASN sebutan selama ini. Berbagai upaya dilakukan dengan berbagai dalih agar cita-citanya itu berhasil suka. Namun, pengalaman membuktikan bahwa tidak semuanya dapat menjangkau harapan, bahkan ada yang terpuruk dengannya. Ijazahnya hanya sebagai kenangan sejarah belaka, yang dikoleksikan di dalam albom bersama dokumen-dokumen lainnya."

"Guna mengkhatamkan pendidikan idolanya itu, tidak sedikit biaya, tenaga, bahkan perasaan yang dikorbankannya. Hal itu semata-mata agar bisa membahagiakan nantinya. Bagi yang terwujud sudah dan akan menikmatinya dengan aman dan nyaman, sementara bagi yang tidak, duka lara mencacah jiwanya. Tak tertutup kemungkinan penyesalan terbersit dalam dada dengan ungkapan "Buat apa sekolah dan kuliah tinggi kalau akhirnya begini!" Muzakarah akan ketimpangan-ketimpangan yang berbalut duka di balik prasasti yang diraih melalui jalur pendidikan formal, para pemilik sertifikat itu jauh-jauh hari wajib memikirkan secara matang terhadap perkembangan zaman serta peluang-peluang yang akan bergulir pada zamannya itu," pungkas Ibnu. (jul)